Cari Blog Ini

Rabu, 07 November 2012

Mumpung kuliah, bby mo bagi2 ilmu aja. biar berguna bagi orang lain yang lebih membutuhkan.. :)

MAKALAH ORTOPEDAGOGIK ANAK
BERKESULITAN BELAJAR
tentang
“KESULITAN BELAJAR KOGNITIF”



Oleh:
ROBBY SAPPUTRA
ZESTI AND ZELIN
RIDHA ANNISA
CICI FEBRIA ANDIKA



PENDIDIKAN LUAR BIASA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2012


KATA PENGANTAR

Rasa syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan  rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam Makalah ini kami membahas tentang “Kesulitan Belajar Kognitif”.
Makalah ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari beberapa pihak.  Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan membimbing kami dalam menyelesaikan Makalah ini, terutama kepada:
1.      Dosen pembimbing mata kuliah Ortopedagogik Anak Berkesulitan Belajar
2.      Teman-teman anggota kelompok

Makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kami mengharapkan  kritik dan saran  . Mudah-mudahan Makalah  ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumya dan penulis pada khususnya.
Demekian makalah ini kami susun dan semoga bermanfaat.


Padang,   September  2012



Penulis



\



BAB 1
PENDAHULUAN

a.      Latar Belakang
Kesulitan kognitif adalah salah satu bentuk kesulitan belajar yang bersifat perkembangan (developmental learning disabilities) atau kesulitan belajar preakademik. Kesulitan bejar jenis ini membutuhkan perhatian karena terkait dengan ranah kognitif. Jika kesulitan belajar kognitif ini tidak segera di atasi maka dapat menimbulkan kesulitan dalam bidang akademik.
b.      Rumusan masalah
1.      Bagaimana hakikat kognisi
2.      kaitan  antara kesulitan belajar dengan gaya kognitif
3.      strategi  pengembangan kognisi

c.       Tujuan
Makalah ini bertujuan sebagai bahan penambah wawasan tentang kesulitan belajar kognitif , serta sebagai tugas kelompok pada mata kuliah anak kesulitan belajar


BAB II
PEMBAHASAN
KESULITAN BELAJAR KOGNITIF

A.    Hakikat Kognisi

Pengertian kognisi mencakup aspek-aspek struktur intelek yang dipergunakan untuk mengetahui sesuatu (Singgih D. Gunarsa, 1981: 234).Kognisi adalah fungsi mental yang meliputi persepsi, pikiran, symbol, penalaran, dan pemecahan masalah,

Piaget sebagai tokoh peneliti perkembangan kognitif sesungguhnya tidak mengemukakan pentahapan perkembangan kognitif berdasarkan umur. Adapun tahap-tahap perkembangan tersebut adalah (1) tahap sensori-motor (umur 0-2 tahun), (2) tahap praoperasional (umur 2 sampai 7 tahun), (3) tahap konkrit-operasional (umur 7 samapai 11 tahun), (4) tahap fomal-operasional (umur 11tahun ke atas)

Tahap-tahap perkembangan kognitif sejak masa sensorimotor hingga formal-operasionalterkait dengan berfikir devergen. Menurut Gowan, kemampuan berfikir devergent tersebut hanya dimiliki oleh orang yang memiliki tingkat kecerdasan superior; dan kemampuan ini dapat dirangsang melalui penyediaan lingkungan pendidikan, terapi, dan latihan,sensitivitas yang baik serta meditasi.

Anak berkesulitan belajar sering tidak mengikuti pola perkembangan kognitif seperti yang telah dikemukakan , pada hal kurikulum sekolah biasanya didasarkan atas pola perkembangan kognitif tersebut. Akibatnya, anak berkesulitan belajar tidak mamapu menyelesaikan tugas-tugas kognitif yang dituntut oleh sekolah.
1.      Kesulitan dalam mengingat .
Kesulitan dalam menyimpan berbagai informasi yang di terima oleh panca indra di pusat susunan saraf yang berfungsi mengatur memori atau ingatan.Apabila proses penerimaan informasi berjalan dengan baik maka informasi dapat disimpan dengan baik .
2.      Kesulitan dalam proses berfikir.
Kesulitan anak dalam berfikir dapat dilihat dari kemampuan anak dalam memecahkan masalah.
3.      Kesulitan dalam pemecahan masalah.
Kemampuan dalam memecahkan masalah merupakan refleksi dari kemampuan individu dalam melakukan proses berfikir
4.      Kesalahan dalatm konsep dan asosiasi
Menyangkut kemampuan dalam mengklasifikasikan ke dalam klasifikasi yang tepat,nama benda,nama peristiwa,atau karateristik yang dimilikinya serta hubungannya yang ada antara konsep benda dan peristiwa.

,Berbagai penelitian menunjukan bahwa keberhasilan anak menyelesaikan tugas-tugas kognitif terkait dengan gaya kognitif mereka.

B.     Kaitan Antara Kesulitan Belajar Dengan Gaya Kognitif
Gaya kognitif barkaitan dengan caar seseorang menghadapi tugas kognitif, terutama dalam pemecahan masalah. Blackman dan Goldstain seperti di kutip oleh Hallahan,Kauffman dan Lloyd (1985:84) mengemukakan bahwa gaya kognitif terkait dengan bagaimana seseorang berfikir (how of thinking). Mereka berpandangan bahwa tiap orang memiliki gaya kognitif yang berbeda (cognitive style) yang berbeda-beda dalam menghadapi tugas-tugas pemecahan masalah. Gaya kognitif tersebut merupakan suatu sifat kepribadian yang relative menetap, sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan perilaku seseorang dalam menghadapi berbagai situasi.

            Ada dua dimensi gaya kognitif yang memperoleh perhatian paling besar dalam pengkajian anak berkesulitan belajar yaitu:
·         Dimensi gaya kognitif ketidakterikatan-kereikatan pada lingkungan ( field independence-field dependence)
·         Dimensi gaya kognitif reflektivitas-impulsivitas

Gaya Kognitif Ketidakterikatan-Kereikatan Pada Lingkungan

            Menunjukan pada kemampuan seseorang untuk memebebaskan diri dari lingkungan saat membuat keputusan tentang tugas-tugas perceptual. Orang dalam menghadapi tugas-tugas perceptual banyak dipengaruhi oleh lingkungan dan disebut terkait pada lingkungan, sedangkan yang tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan disebut dengan tidak terkait pada lingkungan. Anak yang bertipe kognitif terkait pada lingkungan mudah terkecoh oleh informasi yang menyesatkan sehingga persepsinya tidak akurat. Begitu pula sebaliknya anak yang tidak bertipe tidak terkait pada lingkungan mampu memfokuskan pada sebagian besar perseptual esensial tanpa terpengaruh oleh detail-detail data perceptual tersebut.

Gaya Kognitif Reflektivitas-Impulsivitas

            Terkait dengan penggunaan waktu yang digunakan oleh anak untuk menjawab persoalan dan jumlah kesalahan yang dibuat. Anak impulsive cenderung menjawab cepat tetapi banyak membuat kesalahan ; sedangkan anak reflektif cenderung menjawab lebih lambat tetapi hanya membuat sedikit kesalahan. Secara umum, anak-anak berkembang dari impulsive ke reflektif. Meskipun demikian, anak berkesulitan belajar umumnya memiliki gaya kognitif yang lebih impulsive daripada anak yang tidak berkesulitan belajar. Karena pada umumnya anak berkesulitan belajar memiliki gaya kognitif yang impulsive, maka banyak guru yang mengeluh dengan adanya siswa yang tidak mau berfikir sebelum bertindak. Gaya kognitif yang impulsive pula yang menjadi penyebab dari timbulnya problema yang bukan hanya akademik tetapi tuja perilaku. Karena itu gaya kognitif yang impulsif tersebut anak-anak berkesulitan belajar perlu memperoleh  latihan untuk merespons suatu masalah dengan menggunakan waktu yang cukup dan cara yang hati-hati.

C.    Berbagai Strategi Pengembangan Kognisi

a.       Strategi pengembangan Memori
Ada dua macam memori memori jangka pendek dan memori jangka panjang. Memori jangka panjang akan terjadi jika ada pengulangan atau penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Memori jangka pendek dapat di ukur dengan menyuruh anak mengamati obyek-obyek visual atau auditif dalm waktu singkat, misalnya 20 detik dan selanjutnya.

Hasil penelitian yang dikemukakan oleh Hallahan,Kauffman,dan Llyod (1985: 86) menyimpulkan bahwa:
1)      Anak berkesulitan belajar memperhatikan kesulitan yang lebih besar dan tugas-tugas memori bila dibandingkan dengan anak yang tidak berkesulitan belajar.
2)      Problema memori anak berkesulitan belajar dapat dikaitkan dengan kegagalan dalam menggunakan strategi tertentu yang biasa digunakan oleh anak yang tidak berkesulitan belajar
3)      Strategi yang digunakan oleh anak yang tidak berkesulitan belajar dapat diajarkan kepada anak berkesulitan belajar.


Dua memori yang sering digunakan oleh anak yang tidak  berkesulitan belajar tetapi tidak digunakan oleh anak berkesulitan belajar. Kedua strategi itu adalah pengulangan dan pengorganisasian. Seorang anak akan terbantu dalam mengingat sekelompok kata misalnya ; kuda,sapi,pisang,rambutan,dan lain-lain jika anak tersebut mau mengulang kata-kata tersebut. Memorinya akan lebih terbantu jika anak mampu mengorganisasikan kata-kata tersebut menjadi dua kelompok yaitu kelompok binatang (kuda,sapi) dan kelompok buah-buahan (pisang dan rambutan). Anak berkesulitan belajar cenderung tidak menggunakan strategi mengulang dan mengorganisasikan materi yang harus diingat meskipun mereka dapat dilatih untuk hal tersebut.

b.      Strategi pengembangan keterampilan metakognitif
Anak berkesulitan belajar pada umumnya memiliki keterampilan metakognisi yang rendah. Dalam kaitannya dengan metekognisi tersebut, Hallahan,Kuffman,dan Lloyid (1986:88) merinci adanya metamemoy, metelistening, dan metacomprehension. Metamemory berkenaan dengan pengetahuan tentang proses memorinya sendiri dan penggunaannya; metalistening berkenaan dengan pengetehuan tentang pendengaran atau cara memperhatikan suatu pembicaraan yang disampaikan orang lain kepadanya; metacomprehension berkenaan dengan pengetahuan  seseorang tentang proses memahami bacaan yang dilakukannya sendiri.

Anak berkesulitan belajar umumnya memliki masalah dalam memecahkan berbagai problema memori. Jika mereka dihadapkan pada problema untuk mengingat nomor telepon temennya sedangkan disekitar anak tersebut tidak ada alat tulis untuk mencatat nomor  telepon tersebut, mereka umumnya tidak menggunkan kemampuan untuk menghafal secara verbal, tetapi tetap berusaha mencari alat tulis. Ini menunjukan bahwa anak tersebut tidak memiliki strategi solusi masalah-masalah memori. Oleh karena itu perlu diajarkan secara langsung strategi untuk memecahkan masalah memori sehingga keterampilan metamemorinya menjadi berkembang.

Anak berkesulitan belajar juga mengalami kesukaran dalam mendengarkan atau kekurangan dalam metalistening. Akibatnya anak beekesulitan belajar sering dianggap oleh guru dan teman-teman mereka sebagai anak yang ngawur, artinya menjawab tanpa mempertimbangkan kelengkapan informasi. Dengan demikian anak tersebut perlu bimbingan agar mereka dapat mengumpukan informasi yang cukup sebelum menjawab suatu permasalahan.

Anak yang pandai membaca mengetahui kapan dan dimana mereka harus mengkonsentrasikan usaha untuk memahami suatu bacaan karena memiliki keterampilan metacomprehension yang tinggi. Sebagai pembaca yang efisien, mereka dapat membedakan bagaimana membaca suatu majalah dan bahgaimana membaca buku teks. Anak-anak berkesulitan belajar seing tidak mampu membedaka jenis bacaan satu dengan jenis bacaan yang lain, sehingga mereka menggunakan strategi yang sama untuk jenis dan taraf kesulitan bacaan yang berbeda. Bertolak dari lemahnya keterampilan metacomprehension anak berkesulitan belajar maka Hallahan, Kuffman, dan Lloyd mengemukakan suatu strategi sebagai berikut:
1.      Menjelaskan tujuan membaca.
2.      Memusatkan perhatian pada bagian-bagian penting bacaan
3.      Memantau taraf pemahamannya sendiri
4.      Membaca ulang dan membaca cepat lebih dahulu
5.      Menggunakan kamus.

Pengembangan keterampilan metakognitif jug adapt dilakukan melalui strategi pembelajaran koperatif. Melalui strategi pembelajaran tersebut anak-anak dapat saling mengetahui proses pemecahan suatu masalah dari tiap anggota  kelompok sehingga mereka saling dapat menilai proses mana yang benar dan yang efektif.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman. Mulyono.1996. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta :Depdiknas